Bandarlampung ( wartaekspos60)—- Dinamika politik nasional yang berkembang sekarang merupakan bagian dari persiapan pesta demokrasi rakyat yaitu pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada tahun 2024.
Pemilihan umum adalah bagian dari negara demokrasi dikarenakan mayoritas rakyat memiliki hak dan kedaulatan dalam menentukan calon pemimpin negara. Momentum pemilihan umum akan memperlihatkan bagaimana para elite partai berkompetisi secara inklusif maupun eksklusif untuk melakukan manuver politik dengan tujuan menghimpun suara rakyat.
Diharapkan momentum pesta demokrasi lima tahunan ini menjadi ajang pererat silaturahmi, saling menunjukkan prestasi para calon, bukan saling menjatuhkan satu sama lain.
Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kanwil Kemenag) Lampung Puji Raharjo menegaskan, ingin Pemilu tahun 2024 mendatang lebih baik lagi dan tidak terjadi lagi politisasi agama seperti di Pemilu tahun 2019.
“Dalam konteks kami Kementerian Agama, kami ingin pemilu 2024 lebih baik lagi daripada Pemilu 2019, yang mana pada pemilu 2019 itu agama dijadikan bahan untuk jualan, politisasi agama, sehingga akibatnya memecah belah masyarakat, kedepan di tahun 2024 kami tidak ingin agama dijual atau dipolitisasi,” kata Puji, Kamis (26/01/2023).
Kata dia, belajar dari peristiwa di Pemilu 2019 lalu, banyak sekali para yang mempolitisasi agama kemudian dijadikan sebagai kendaraan politik, untuk mencegah politisasi agama, Kanwil Kemenag Lama mempunyai sebuah program yaitu program penguatan moderasi agama.
“Penguatan moderasi agama kita sampaikan untuk diterapkan dalam konteks kehidupan bersama, berbangsa dan bernegara, menjelaskan bahwa kita adalah satu kesatuan,” katanya.
Lebih lanjut Puji bertutur, penjelasan terkait moderasi penguatan agama, ketika bicara dalam konteks kenegaraan nilai-nilai agamalah yang dikedepankan bukan membedakan ajaran agama satu dengan agama lain. Nilai-nilai kebaikan dalam agama itulah yang sama sama kita bawa.
“Semua agama ingin kehidupan rukun, kesejahteraan, tidak ada konflik ,itulah nilai yang kita usung bersama, jangan mengedepankan perbedaan, itulah yang merupakan semangat moderasi bergama aspek sosialnya kita jalani bersama dan aspek ibadahnya kita jalanin sendiri sesuai dengan keyakinan kita,” jelasnya.
Puji berharap, untuk yang suka ‘menjual’ isu agama agar berhenti, cukup di tahun 2019 saja.
“Kita berpolitik sudah sepakat bersama, Pancasila, UUD 1945, sudah menjadi kesepakatan kita bersama,” paparnya.
“Kalau kita sangat cinta dengan agama harus tetap dalam bingkai kebangsaan kita, karena bangsa ini didirikan juga oleh pemimpin-pemimpin yang pemahaman agamanya lebih dari kita, maka dari itu kita ikuti teladan dari terdahulu kita,” pungkasnya.(ndi/ja)